(Kaum HAWA Wajib Baca terutama yg berhijab dengan tidak ber-Syar'i =MODIS)
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-Ahzab: 59)
Ketika kita berbicara tentang jilbab, maka kita berbicara tentang pakaian takwa. Pakaian yang diturunkan untuk muslimah, untuk menutup auratnya dan jelas disebutkan di Al-Qur’an. Baru-baru ini, paradigma manusia tentang jilbab semakin jauh dari kata “syar’i”, bagaimana tidak? Iklan-iklan jilbab yang “mengaku menjual jilbab syar’i” semakin membuat kening ini berkerut? Apakah memang seperti itu jilbab yang diperintahkan oleh Allah, atau kita selama ini telah tertipu? Jilbab syar’i dan modis, begitu tagline yang selama ini digembar-gemborkan oleh kalangan hijabers.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, modis adalah mengikuti mode; yang berpakaian sesuai dengan mode yang paling baru. Maka, yang perlu dipertanyakan adalah, apakah perintah menggunakan jilbab di Al-Qu’ran itu kuno sehingga perlu diperbaharui, dimodifikasi dan dikembangkan mengikuti zaman? Mari kita renungkan. Lalu, kenapa tidak kita ubah paradigma kita bahwa sesungguhnya Jilbab Syar’i itu lah jilbab yang paling modis sepanjang jaman. Sehingga kita bisa menjadi trendsetter bahwa jilbab syar’i tidak akan pernah lekang oleh waktu dan tidak akan terkikis oleh zaman.
Lalu bagaimana caranya menjadi trendsetter jilbab yang super modis tersebut? Tentunya kita harus paham terlebih dahulu bagaimana cara memakai jilbab yang sesuai dengan tuntutan Islam. Yuk kita cek dari atas sampai bawah:
#1. Menutup dan melindungi seluruh tubuh, selain yang dikecualikan, yaitu muka dan telapak tangan.
“Hai Asma’, sesungguhnya wanita, apabila telah sampai tanda kedewasaan (haidh), tidak boleh terlihat bagian tubuhnya, kecuali ini dan ini (Beliau mengisyaratkan muka dan telapak tangannya).” (H.R Abu Daud, Al-Albani menghasankannya)
#2. Hindari tabarruj
Tabarruj adalah berhias dengan memperlihatkan kecantikan dan menampakkan keindahan tubuh dan kecantikan wajah.
“…Dan janganlah kalian berhias dan bertingkahlaku seperti orang-orang jahiliah terdahulu…” (Al-Ahzab: 33)
Saudariku, tidak perlu make up yang mahal untuk cantik. Percantik diri kita dengan dandanan iman, agar kita terlihat cantik, memesonda dan mulia di hadapan-Nya. Percantiklah diri kita dengan akhlaq. Muliakan diri kita dengan tidak berlebihan dalam berhias, karena kita bukanlah pameran berjalan.
#3. Tanpa punuk unta
“Akan muncul di akhir umatku, wanita-wanita yang berpakaian namun pada hakikatnya bertelanjang. Di atas kepala mereka terdapat suatu penaka punuk unta. Mereka tidak akan memasuki surga, dan tidak juga akan mencium aroma surga. Padahal bau surga itu dapat dicium dari jarak sekian dan sekian.” (H.R Muslim)
#4. Kain kerudung menutup dada
“…janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya,..” (An-Nur 31)
#5. Kainnya harus lapang dan tidak sempit
“Akan muncul di akhir umatku, wanita-wanita yang berpakaian namun pada hakikatnya bertelanjang. Di atas kepala mereka terdapat suatu penaka punuk unta. Mereka tidak akan memasuki surga, dan tidak juga akan mencium aroma surga. Padahal bau surga itu dapat dicium dari jarak sekian dan sekian.” –H.R Muslim
Yang dijelaskan pada hadits di atas adalah tentang wanita-wanita yang mengenakan pakaian tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya. Oleh karena itu, pemakaian jilbab haruslah longgar sehingga tidak membentuk tubuh muslimah yang mengenakannya.
#6. Tidak memperlihatkan sedikit pun bagian kaki wanita
Kaki kan juga aurat, maka mari afdhal-kan pakaian taqwa kita dengan memakai kaos kaki.
#7. Tidak menyerupai pakaian laki-laki
“Rasulullah melaknat laki-laki yang memakai pakaian perempuan, dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki.” (H.R Ahmad, Abu Daud, Al Hakim, dan Ibnu Majah)
#8. Tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir
“..Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia adalah bagian dari mereka..” (H.R Ahmad dan Abu Daud)
Jilbab adalah salah satu bentuk betapa Islam begitu menjaga dan memuliakan wanitanya. Semua fashion lengkap diatur di dalam Al-Qur’an dan Hadits, tanpa perlu dimodifikasi lagi (dengan berusaha mengenakan jilbab syar’i, maka ridha Allah pun senantiasa menyertai, hingga kita raih kecantikan yang hakiki).
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi ‘aurat kalian dan pakaian yang indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang terbaik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Al-A’raf: 26)
Referensi:
- Fiqh Wanita, Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah
- Agar Bidadari Cemburu Padamu, Salim A..
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-Ahzab: 59)
Ketika kita berbicara tentang jilbab, maka kita berbicara tentang pakaian takwa. Pakaian yang diturunkan untuk muslimah, untuk menutup auratnya dan jelas disebutkan di Al-Qur’an. Baru-baru ini, paradigma manusia tentang jilbab semakin jauh dari kata “syar’i”, bagaimana tidak? Iklan-iklan jilbab yang “mengaku menjual jilbab syar’i” semakin membuat kening ini berkerut? Apakah memang seperti itu jilbab yang diperintahkan oleh Allah, atau kita selama ini telah tertipu? Jilbab syar’i dan modis, begitu tagline yang selama ini digembar-gemborkan oleh kalangan hijabers.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, modis adalah mengikuti mode; yang berpakaian sesuai dengan mode yang paling baru. Maka, yang perlu dipertanyakan adalah, apakah perintah menggunakan jilbab di Al-Qu’ran itu kuno sehingga perlu diperbaharui, dimodifikasi dan dikembangkan mengikuti zaman? Mari kita renungkan. Lalu, kenapa tidak kita ubah paradigma kita bahwa sesungguhnya Jilbab Syar’i itu lah jilbab yang paling modis sepanjang jaman. Sehingga kita bisa menjadi trendsetter bahwa jilbab syar’i tidak akan pernah lekang oleh waktu dan tidak akan terkikis oleh zaman.
Lalu bagaimana caranya menjadi trendsetter jilbab yang super modis tersebut? Tentunya kita harus paham terlebih dahulu bagaimana cara memakai jilbab yang sesuai dengan tuntutan Islam. Yuk kita cek dari atas sampai bawah:
#1. Menutup dan melindungi seluruh tubuh, selain yang dikecualikan, yaitu muka dan telapak tangan.
“Hai Asma’, sesungguhnya wanita, apabila telah sampai tanda kedewasaan (haidh), tidak boleh terlihat bagian tubuhnya, kecuali ini dan ini (Beliau mengisyaratkan muka dan telapak tangannya).” (H.R Abu Daud, Al-Albani menghasankannya)
#2. Hindari tabarruj
Tabarruj adalah berhias dengan memperlihatkan kecantikan dan menampakkan keindahan tubuh dan kecantikan wajah.
“…Dan janganlah kalian berhias dan bertingkahlaku seperti orang-orang jahiliah terdahulu…” (Al-Ahzab: 33)
Saudariku, tidak perlu make up yang mahal untuk cantik. Percantik diri kita dengan dandanan iman, agar kita terlihat cantik, memesonda dan mulia di hadapan-Nya. Percantiklah diri kita dengan akhlaq. Muliakan diri kita dengan tidak berlebihan dalam berhias, karena kita bukanlah pameran berjalan.
#3. Tanpa punuk unta
“Akan muncul di akhir umatku, wanita-wanita yang berpakaian namun pada hakikatnya bertelanjang. Di atas kepala mereka terdapat suatu penaka punuk unta. Mereka tidak akan memasuki surga, dan tidak juga akan mencium aroma surga. Padahal bau surga itu dapat dicium dari jarak sekian dan sekian.” (H.R Muslim)
#4. Kain kerudung menutup dada
“…janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya,..” (An-Nur 31)
#5. Kainnya harus lapang dan tidak sempit
“Akan muncul di akhir umatku, wanita-wanita yang berpakaian namun pada hakikatnya bertelanjang. Di atas kepala mereka terdapat suatu penaka punuk unta. Mereka tidak akan memasuki surga, dan tidak juga akan mencium aroma surga. Padahal bau surga itu dapat dicium dari jarak sekian dan sekian.” –H.R Muslim
Yang dijelaskan pada hadits di atas adalah tentang wanita-wanita yang mengenakan pakaian tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya. Oleh karena itu, pemakaian jilbab haruslah longgar sehingga tidak membentuk tubuh muslimah yang mengenakannya.
#6. Tidak memperlihatkan sedikit pun bagian kaki wanita
Kaki kan juga aurat, maka mari afdhal-kan pakaian taqwa kita dengan memakai kaos kaki.
#7. Tidak menyerupai pakaian laki-laki
“Rasulullah melaknat laki-laki yang memakai pakaian perempuan, dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki.” (H.R Ahmad, Abu Daud, Al Hakim, dan Ibnu Majah)
#8. Tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir
“..Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia adalah bagian dari mereka..” (H.R Ahmad dan Abu Daud)
Jilbab adalah salah satu bentuk betapa Islam begitu menjaga dan memuliakan wanitanya. Semua fashion lengkap diatur di dalam Al-Qur’an dan Hadits, tanpa perlu dimodifikasi lagi (dengan berusaha mengenakan jilbab syar’i, maka ridha Allah pun senantiasa menyertai, hingga kita raih kecantikan yang hakiki).
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi ‘aurat kalian dan pakaian yang indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang terbaik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Al-A’raf: 26)
Referensi:
- Fiqh Wanita, Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah
- Agar Bidadari Cemburu Padamu, Salim A..
No comments:
Post a Comment