Pada suatu hari Syaikh Mutawali asy-Sya’rawi bertemu dengan seorang
pemuda dari kelompok garis keras, sehingga terjadilah dialog antara
dirinya dengan si pemuda tersebut. Dalam dialog yang berjalan singkat
itu terlihat betapa indah nan mengagumkan kepribadian sosok Syaikh
Mutawalli asy-Sya’rawi yang tercermin dari setiap perkataanya.
Kepribadian sebagai seorang muslim yang sesungguhnya yang sangat
mencintai dan menghargai umat Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi
wa Shohbihi wa Sallam.
Bagaimanakah jalannya dialog tersebut?
Berikut kami tuliskan kutipan dialog yang terjadi antara Syaikh
Mutawalli asy-Sya’rawi dengan pemuda garis keras sebagaimana pernah
diceritakan oleh beliau sendiri:
Pernah pada suatu hari, Aku
berdialog dengan salah seorang pemuda dari kelompok garis keras
(golongan Mutasyaddidin) dan Aku bertanya kepadanya: “Apakah meledakkan
tempat-tempat hiburan malam di salah satu negara yang mayoritas
penduduknya umat Islam hukumnya halal ataukah haram?”,
Pemuda itu pun menjawab kepadaku: “Tentu saja hukumnya halal dan diperbolehkan untuk membunuh mereka”.
Aku bertanya lagi kepadanya: “Jika Engkau membunuh mereka yang sedang
bermaksiat kepada Allah, kemana tempat mereka akan kembali?”
Pemuda itu menjawab: “Pastinya ke Neraka”.
Aku bertanya lagi kepadanya: “Kemanakah Syetan ingin membawa mereka (yang kamu bunuh dengan ledakanmu)?
Pemuda itu menjawab: ‘Pastinya Syetan berkeinginan membawa mereka masuk ke dalam Neraka?”
Lantas aku pun berkata kepadanya: “Kalau begitu, Engkau sedang
bekerjasama dengan Syetan dengan satu tujuan yang sama untuk memasukkan
dan menjerumuskan manusia ke dalam api Neraka!”.
Aku sebutkan
kepadanya satu hadits Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa
Shohbihi wa Sallam, yang mana ketika itu lewat dihadapan Nabi
Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam jenazah seorang
Yahudi sehingga menjadikan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi
wa Sallam bersedih dan menangis. Maka bertanyalah para Sahabat Nabi:
“Apa yang menyebabkan dirimu bersedih dan menangis duhai Rasulullah?”.
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam menjawab:
“Satu jiwa telah terlepas dariku dan jiwa itu masuk ke dalam api
Neraka”.
Aku pun berkata kepada pemuda itu: “Coba perhatikan
perbedaan yang amat nyata antara dirimu wahai anak muda dengan diri
pribadi Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam
yang berusaha untuk membimbing dan menyampaikan hidayah kepada manusia
serta menyelamatkan mereka dari api Neraka, sedangkan dirimu
menginginkan mereka masuk ke Neraka. Engkau berada dalam satu lembah dan
Kekasih Agung Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa
Sallam berada pada lembah yang lain (Engkau berseberangan dengan Nabi
Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam)”.
Lalu Umat siapakah Engkau hai pemuda yang sebenarnya? Umat Nabi Muhammad
Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam ataukah umat
Syetan?”. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam
bersabda:
وروى الإمام البخاري – رحمه الله – في صحيحه أيضًا من
حديث أَنَسٍ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – قَالَ: كَانَ غُلَامٌ يَهُودِيٌّ
يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرِضَ,
فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ,
فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ, فَقَالَ لَهُ: أَسْلِمْ, فَنَظَرَ إِلَى أَبِيهِ
– وَهُوَ عِنْدَهُ – فَقَالَ لَهُ: أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ – صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَأَسْلَمَ, فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي
أَنْقَذَهُ مِنْ النَّارِ.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
dia berkata: Adalah seorang pemuda Yahudi menjadi pelayan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu ia sakit. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjenguknya lalu beliau duduk di sisi kepalanya
seraya mengatakan kepadanya: “Masukklah kamu ke dalam agama Islam!” Lalu
ia memandang kepada bapaknya yang ada disisinya. Maka bapaknya
mengatakan: “Taatilah Abu al-Qosim (Yakni Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam)”, lalu dia pun masuk Islam. Setelah itu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam keluar seraya mengatakan: “Segala puji bagi Allah yang
telah menyelamatkannya dari api Neraka.” (Hadits Riwayat Imam
al-Bukhori).
Semoga ini menjadi renungan bagi kita semua
khususnya umat Islam yang saat ini sedang dilanda badai fitnah akhir
zaman di mana-mana, tidak terkecuali di Indonesia. Tetaplah berpegah
teguh kepada para ulama yang senantiasa menjunjung tinggi risalah dakwah
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam.